Laman

Kamis, 17 Januari 2013

Jakarta is Flooding...... (Jakarta kebanjiran....)

Kamis, 17 Januari 2013 Jakarta Pagi ini terkena dampak Banjir hebat yang setiap tahun selalu terjadi. Sudah dipastikan Jakarta selalu langganan Banjir, dan celakanya setiap Tahun pula Penmerintah Provinsi DKI selalu gagap dalam mengantisispasi terjadnya banjir tahunan ini.

Sejak zaman Belanda menurut bebrapa sumber sejarah yang saya baca, Jakarta yang dahulu dikenal sebagai kota pelabuhan sejak zaman VOC, atau zaman penjajahan Belanda, adalaj kota pelabuhan yang menghubungkan dengan semua kerajaan dan negara-negara tetangga ketika itu, mulai dari Gujarat India, China , Portugis, Inggris, dan Belanda sendiri. Geliat roda perdagangan secara ekonomi begitu menggeliat.

Belanda ketika itu menguasai Batavia sebagai pusat kota pelabuhan dan perdagangan Nusantara, berbagai kapal asing dan syahbandar mendaratkan perahu kapalnya di pelabuhan Batavia Raya.
Berdasarkan catatan sejarah, Batavia dibangun oleh belanda sekitar Abad ke -16 semenjak Kerajaan Sunda Kelapa. Yang selanjutnya jatuh ke tangan Belnda sekitar Abad ke 17 dan 18.

Pembangunan kota batavia oleh Belanda mulai dibuat kanal-kanal untuk mengatasi Banjir, yang sejak zaman itu memang sering terjadi, ini dikarenakan oleh permukaan tanah Kota Batavia lbih rendah dari permukaan laut, dan Jakarta dikelilingi Kota dan Pegunungan yaitu Bogor dan Gunung Salak. juga ada lembah yang kini dikenal sebagai daerah wisata kawasan Puncak.

Belanda pun sebenarnya menemui kesulitan sampai-sampai Gubernur Jendewral yang bertugas di Batavia meminta ahli tata-kota untuk menanggulangi Banjir. Yaitu dibuatnya kanal-kanal yang sengaja untuk mengalirkan air yang dibawa oleh sungai ciliwung dan cisadane yang terletak di Tangerang.

Buruknya tata kelola Jakarta sebenarnya sudah dikemukakan oleh Bang Ali sadikin ketika memerintah Jakrkta sekitar tahun 66 s/d tahun 70-an. Bang Ali sempat membuat terobosan kebijakan yang menghentakan pusat. yaitu dengan "menodong" Bappenas ketika itu untuk meminta anggaran tambahan untuk tanggulangi Banjir.

Pemerintah Pusat khususnya Presuden Soekarno ketika itu memimpika Jakarta menjadi kota budaya dan Metropolitan, dan Bung Karno menginginkan sosok Gubernur yang tangguh, maka ditemukanlah sosok Tentara Angkatan Laut yag super galak namun punya visi membangun.

Lepas dari Bang Ali, Jakarta ternyata di pegang oleh orang-orang Soeharto, maklum Soeharto sejak tahun 1968 menguasai Indonesia dengan cara "melengserkan" Presiden Soekarno dengan systematis. Tercatat beberapa Putra Indonesia mengisi Jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta antaralain, Alm Wiyogo Atmodharminto, Soerjadi Soedirdja, Soetiyoso, Fauzi Bowo, semuanya merupakan kaki tangan Presiden ternyata. hehe

Yang lebih menarik kini adalah kemunculan sosok Jokowi yang dikenal "petarung" dari desa tepatnya dari Kota Solo, kota yang ayu bahkan kemayu. Namun sosok Jokowi ini ternyata mendapat respon yang sangat besar dari media massa dan masyarakat. Jokowi dikenal merakyat dan membela wong cilik, apalagi dia adalah kader dari partai PDIP yang mempunya motto "membela wong cilik". PDIP memang Partai Fenomenal yang merupakan Cikal bakal Partai Pendobrak kekuasaan Soeharto kala itu.

Kembali kepada sosok Jokowi, ketika dia muncul bertarung di Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu, dia menyisihkan lawan-lawan berat, sebut saja ada Fauzi Bowo-Nachrowi, Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini, Alex Noerdin- Nono Sampono, Faisal Basri- Biem Benjamin, dan satu pasangan lagi saya lupa..hehe

Pilkada DKI menjadi pertarungan bergengsi bagi partai2 pendukung, dimana di putaran kedua hanya tinggal menyisakan pasangan Jokowi-Ahok dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Ini bisa dikatakan pertarungan Grand Final. Ternyata ekspektasi keinginan warga untuk mempunyai Gubernur Baru sangat besar. Dan Akhirnya Jokowi pun didaulat menjadi Gubernur Jakarta yang Baru, dengan Slogan Jakarta Baru bebas macet dan Banjir.

Nah setelah 3 Bulan menjabat sebagai Gubernur DKI yang baru dengan motto Jakarta Baru. Awal permasalahan Dimulai..... Yang saya catat begitu Jokowi dilantik Jokowi mulai naik Panggung untuk ucapkan terima kasih, mirip menirukan gaya Obama sesaat setelah dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat, Jokowi ucapkan bla..bla... kata sambutan dan diakhiri sungkeman kepada khalayak untuk ucapkan terima kasih.

Sangat Populis, dan sangat merakyat, inilah Gubernur idaman Rakyat yang sebenarnya, yang memilih berada ditengah masyrakatnya. Bukan untuk berada ditengah proyek Miliaran bahkan sampai Trilyunan. Uuuups...
Jokowi membawa semangat Perubahan yang sebenarnya, dimulai dari suasana emosional baju kotak-kotak, sampai ekspektasi bertemu dan salaman langsung dengan beliau sangat didambakan.

Awal Jokowi memulai memegang kendali jakarta, liputan terhadap beliau begitu antusias, bahkan kadang hanya cuma sarapan, makan di warteg, 'blusukan" yang kini populer. Media massa begitu memberikan ruang yang besar, seolah Jokowi kudu selalu diliputi "keseksian" dimata semua orang.

Akhirnya Jokowi muncul disetiap infotainment, seolah Jokowi adalah "boneka" untuk memberikan haus dahaga kepada pemimpin yang merakyat, padahal para pakar tata kelola kota, Engeneering, dan pelaksana Program, perencanaan dan evaluasi di DKI sudah geram akan gerak langkah yang dilakukan oleh Jokowi.

Dan benar saja, potensi kemacetan semakin menjadi, belum lagi masalah BBM yang menimbulkan polemik juga di DKI. Polemik 6 Ruas Jalan Tol yang seolah sudah fix pelaksanaan tendernya, ternyata Jokowi tak mengetahuinya sama-sekali, padahal banyak kalangan yang menilai ini langkah buruk untuk mengatasi Kemacetan di DKI.

Saya ingat ketika Faisal Basri calon independent Gubernur DKI lalu mengataka begini, " Moda Transportasi di DKI itu harys terintegrasi, mulai dari taksi, koridor Busway, Commuterline dan Angutan umum Kota, dimana integrasi transportasi ini didukung oleh APBD DKI yang berlimpah itu, dimana nanti akan menekan ongkos tranportasi yang murah, dengan pelayanan yang baik.

Nah kini Jokowi seolah gagap dan tersandera dengan citra baiknya sendiri, dukungan yang besar tak mampu membuat Jokowi mwlakukan langkah cepat, tegas dan berani. Hanya Kartu sehat, Hari Rabu Pake Pakaia Adat Betawi, dan mereduksi citra Pol PP yang sampai saat ini pun belum maksimal.

Saya hanya ingin mengajak kita semua membantu pemikiran dan kritikan "sayang" kepada Mas Jokwi, Jangan sampai belia dimanfaatkan para politikus busuk yang hanya mendompleng beliau. Bahaya...mengapa... Kini sudah berseliweran wacana bawa Jokowi cocok untuk kandidat Presiden di 2014 mendatang. Ini dagelan politik macam apalagi.? mengatasi masalah Macet dan banjir tahunan saja gak sanggup, malah mau di"capres'kan di 2014 nanti, Aneh...

Jakarta butuh pemimpin visioner seperti Ali Sadikin Kontroversial namun berhasil bawa Jakarta mempunyai Nyawa tersendiri. Bang Ali sukses benahi Jakarta dan sukses meningkatkan harkat hidup orang banyak. Bang Ali berhasil melawan ketamakan kota Jakarta, Jakarta ditangan Bang Ali seperti Kota tua yang ramah dan aduhai.

Kini Jokowi kudu mempunyai strategi pembangunan yang jitu yaitu ciptakan "Road Map" Pembangunan 5 Tahun selama kepemimpinannya. Sudah bukan zaman nya lagi menuai citra pribadi seolah populis dan disayang warga. Sudah usang, kini saatnya bekerja...bekerja...dan bekerja. Tak ada lagi wartawan yang mengikuti, namun kudu diciptakan Humas DKI yang mobile.

SKPD terkait road map itu biasanya BAPPEDA, ADPEM, DPKD, BIRO UMU DAN PERLENGKAPAN dan instansi pusat yang terkait. ini penting bagi Mas Jokowi, karena didalam pemerintahan itu ada struktur organisasi yang kudu dijalankan fungsinya masing-masing. Jika perlu dalam pembahasan RPJMD sebagai Road map 5 tahunan di undang para pakar dan ahli se-Indonesia. Jakarta mampu untuk bayar semua konsultan para ahli tersebut.

Oke Mas Jokowi...selamat bekerja dengan sungguh-sungguh, rakyat dan saya mendukung anda sepenuh hati, beuktikan Jakarta memang akan menjadi Jakarta Baru dikepemimpinan anda layaknya Bang Ali Sadikin.

Sukses mas Jokowi dan Bang Ahok... Salam Sejahtera untuk bapak sekalian.

Wassalam.....






Rabu, 09 Januari 2013

INDONESIA, ETNIS. BUDAYA dan KOMUNITAS.

''....Indonesia Raya...merdeka...merdeka... Bangsaku ....Negeriku... Yang Kucinta..... Indonesia Raya.... merdeka...merdeka.... Hiduplah Indonesia Raya...."


Sepenggal bait Syair Lagu Kebangsaan Indonesia negeriku Yang kucintai, kini mulai terombang-ambing dalam "kesesatan" identitas yang sejak lama sudah jelas dan tak pernah diragukan.

Kini Indonesia Raya seakan mulai redup dan tenggelam dan semakin merosot citra "kebesaran" sebagai bangsa dan Negara Yang Berdaulat, Dimana kearifan budaya, seni, bahasa, tari, melukis, Fashion dan pernak pernik Budaya Indonesia yang begitu beragam, kini mulai ter-reduksi oleh fanatisme "BUTA".
Agamapun beragam, dan tak dipersoalkan oleh kelompok2 Agama Samawi yang ortodoks. Mereka berbudaya menurut fitrah zaman dan manusianya yang ternyata hidup secara "mobile" forward dan tentunya "move-on".

Para Founding Father kita melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dengan semangat monolotik apapun. Tetapi memang semangat keberagaman budaya dan keberagaman hidup yang alami tanpa perlu batasan agama dalam berbudaya. Semua berjalan normal-normal saja tanpa pretensi keserakahan kekuasaan. Tujuan untuk "kesejahteraan Rakyat" lah yang membuat bangsa ini masih kokoh berdiri sampai dengan saat ini.


Soekarno-Hatta hadir untuk memimpin Bangsa Indonesia yang plural dan toleransi. Hal ini bukan merupakan proses Liberal yang instant, tetapi pendekatannya memang plural dan menghormati perbedaan. Jadi tak elok jika hanya mengakui bahwa etnis Jawa semata yang merupakan cikal bakal adanya Indonesia.

Kebanyakan Presiden orang jawa ini harus diartikan sebagai leader, jangan diartikan sholeh dan sholehah semata, atau kesukuan semata. Karena kesempatan etnis lain yang Indonesia sama besarnya tak ada perlakuan Istimewa dari etnis dan agama tertentu di Indonesia.

Hal yang mencengangkan 10 Tahun terakhir ini, Indonesa semacam "rindu" akan kebesarannya itu, akan penghormatan pada budaya, beragam etnis dan beragam bahasa. Nah sikap "melankolis" ini ternyata hanya membawa "keburukan nilai semata, tak ada output yag dirasakan pada Rakyat Indonesia.

Ya Indonesia sedang "kasmaran" pada Budaya, Adat, dan Etnis. Juga kini menjalar ke fanatisme komunitas dan kelompok. Sehingga menimbulkan "blur" pada rasa Nasionalis. dan Liberty.
Film adalah produk budaya yang sebelumnya adalah gambaran dan potret sebuah masyarakat yang hidup di suatu zaman. Jadi aktualisasi dan Faktualisasi sebuah Film tak perlu di gugat ke ranah Hukum. Karena Film adalah gambaran interaksi suatu zaman, sehingga kita bisa memilah dan masing-masing dapat gambaran yang gak bakal sama setiap orang yang menonton..

Begitu juga ketika ada Film yang dinilai mengganggu maka kita bisa layangkan nota proses "cekal" dan improvement dengan cara-cara yang santun. Tak perlu ada yang merasa tersakiti, toh memang bukan untuk digunjijngkan. Menonton Film bagi saya adalah sebuah hiburan dan kenikmatan tersendiri yang dilakukan  bareng keluarga. Macam2 temanya.

Jadi pembelaan tentang etnis, budaya, komunitas hanya karena penayangan film adalah hal yang merugikan waktu untuk menikmati hidup yang memang hanya bisa dinikmati sekali saja.

Jangan sampai memusuhi karya2 kritis film hanya karena tema yang dirasakan oleh kita mengganggu. Sejatinya begitulah Film... jika sudah mengundang kontroversi...berarti Film itu kuat dari segi tema, dan wajib serta layak untuk di tonton.






Selasa, 08 Januari 2013

RSBI / SBI = Komersialisasi Pendidikan..?

"Terselenggaranya Layanan Prima pendidikan dan Kebudayaan untuk Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Berkarakter Kuat" 

Penggalan kalimat diatas adalah Visi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang saya ambil dari website resmi Kemendikbud.

Pemerintah melalui Kemendikbud sedang mempersiapkan dan merancang penerapan system dan basic pengajaran, metode dan kurikulum Pendidikan di Indonesia, usaha ini wajob kita apresiasi dengan baik.

4 Tahun terakhir kita dikejutkan dengan adanya beberapa program pemerintah, diantaranya penerapan dana BOS, semacam dana Block Grant namun berbentuk hibah atau subsidi bagi dunia pendidikan kita. Kemudian ada Uji sertifikasi Guru diseluruh Indonesia dimana PNS Guru harus membekali dirinya dengan bermacam disiplin ilmu guna implementasi system pendidikan berbasis ilmu pengetahuan. Selanjutnya ada Program sekolah terpadu dengan nama RSBI dan SBI.

Program terakhir ini baru saja dibekukan oleh Mahkamah Konstitusi pada hari Selasa tanggal 7 Januari 2013, terhitung sejak dibacakannya putusan MK, bahwa RSBI/SBI dibubarkan karena melanggar UUD 1945.

Konflik tentang RSBI dan SBI ini berawal dari diterapkannya kelas disekolah yang mengkhususkan anak-anak berpotensi dan berprestasi dalam satu ruang kelas dengan metode pengajaran terpisah dari anak lain dengan kurikulum tambahan sesuai dengan yang di "program" kan.

Mengapa ada Konflik..? akan coba saya urai pengalaman saya sebagai orang tua murid yang kebetulan berada pada kelas RSBI/SBI tersebut.
Anak saya kebetulan berprestasi (Juara Kelas) dan berhak secara otomatis dikelompokkan dengan siswa lain yang prestasinya sama dengan anak saya.

Singkat kata anak-anak ini dikumpulkan dalam satu ruangan yang mempunyai fasilitas "istimewa" dari ruangan kelas yang lain yaitu ruangan ber-AC. Dan juga kami dibebankan biaya yang lebih mahal dari kelas non RSBI/SBI. Juga biaya buku paket yang berbeda dari kelas non RSBI.

Dengan perlakuan "istimewa" tersebut kepala Sekolah menjamin bahwa anak-anak yang berada dikelas RSBI/SBI adalah anak-anak istimewa, sehingga biaya nya pun berbeda. Hehehe....
Dengan dalih semua itu kepala Sekolah menjanjikan gengsi akan naik, karena kebanggan orang tua yang menyebabkan anaknya belajar dikelas RSBI.

Apa yang saya dapatkan ternyata tidak sesuai dengan harapan kepala sekolah tadi, hasilnya anak saya saya nilai prestasinya tak beranjak baik, bahkan stagnan, artinya prestasi dia sama saja ketika sebelum masuk RSBI. Mengapa...? karena saya merasakan ada hal yang aneh dalam pengajarannya, terutama aspek bahasa Inggris, yang menjadi pengantar belajar dalam kelas RSBI.

Anak saya ternyata masih pasif dalam berbahasa Inggris, dan cenderung jadi "pemalu" untuk melakukan conversation dengan saya sebagai orang tua. Saya mulai berfikir... apa dikelas gurunya tidak mengajarkan komunikasi aktif dalam berbahasa inggris ya..? Pertanyaan besar itu terus saja terngiang dibenak saya selaku orang tua murid yang bangga anaknya berada di kelaas RSBI.

Dari hasil riset saya selama 2 tahun anak saya belajar dikelas RSBI, ternyata produk kreativitas anak dan kemampuan berbahasa Inggris dengan aktif cenderung tidak berhasil bahkan saya nilai gagal. Mengapa... setiap PR yang dia kerjakan dalam buku paket bahasa Inggris, di selalu gagal di "pronaunce" dan vocabulary. Saya pun bertanya... apa saja yang dikerjakan Guru sehingga anak saya selalu bertanya tentang apa artinya ini...apa artinya itu...apa maksudnya ini...apa maksudnya itu....

Nah dari kejadian kecil itu saja saya sebenarnya sangat kecewa dengan hasil produk RSBI terhadap kemampuan anak saya. Sehingga akhirnya saya bantu dengan Les di luar jam sekolah. Tentu biaya yang saya keluarkan tidak sedikit.

Biaya lain yang sangat mengganggu adalah ada biaya buku paket khusus untuk anak kelas RSBI yaitu Paket Buku RSBI yang setiap Tahun ajaran menelan biaya 1 Juta Rupiah, juga biaya2 lain diluar SPP. Diantaranya biaya Metode, Biaya Komputer, Biaya Praktek dan bermacam biaya lainnya yang tidak ditemukan di kelas Non RSBI.

Nah dari semua biaya yang kami keluarkan, koq hasil yang kami terima adalah anak kami tak lebih baik ketika berada dikelas non RSBI. Jadi potensi apa yang sudah dihasilkan oleh RSBI..?

Dengan adanya putusan MK ini "diskriminasi" dan "komersialisasi" pendidikan oleh sekolah akhirnya sudah hilang... Terima Kasih MK.... Akhirnya beban kami sebagai orang tua terjawab.

Harapan saya... semoga sekolah di Indonesia memang sudah selayaknya bermetodekan pengajaran skala Internasional dan itu dilakukan untuk semua siswa, jangan adalagi perlakuan khusus. Ketidakadilan ini hanya menimbulkan gengsi semata diantara kami para orang tua dan itu bukan sikap Indonesia.

Semoga pembubaran RSBI oleh MK ini langsung direspon cepat oleh pemerintah ke daerah karena kami khawatir dengan dampak kurang baik bagi anak-anak kami disekolah. Kita berharap Depdikbud dapat mengevaluasi menyeluruh agar kami didaerah dapat merasakan manfaat dari pembubaran RSBI ini.

Dukung system pendidikan berbasis Internasional disemua sekolah dan kelas. Lawan bentuk komersialisasi dan dikriminasi pendidikan bagi anak2 kita. Bravo Indonesia... Bravo Dunia Pendidikan Kita

Wassalam...

Senin, 07 Januari 2013

Kami di "Kalahkan' Oleh Oligarki dan Opportunity



" You will never walk alone, and don't stop to loving our country"

Mereka (baca KPU) sudah menancapkan pedang untuk membunuh Demokrasi dengan cara Dhzalim. Betapa tidak mereka ternyata hanya meloloskan 9 Partai dan 1 Partai baru yang usang sih menurut saya.
Dzhalim karena mereka (baca KPU) tidak konsisten dengan apa yang diamanatkan UU KPU sendiri dan juga UU Pemilu yang sudah dibuat oleh Dewan Dagelan (bukan) Rakyat Indonesia.

Betapa ironis ketika negeri ini mengagungkan Demokrasi, dimana partisipasi rakyat begitu dibutuhkan. Alasan mereka Demokrasi butuh aturan dan rambu-rambu. Dalam tahap ini mereka benar, namun esensi demokrasi adalah dimana partisipasi rakyatlah yang harus menjadi acuan dalam membuat regulasi, bukan acuan kepentingan suatu golongan atau apapun.

Kini hari ini kita disuguhi kejadian yang memuakkan, bahwa KPU hadir dengan format baru dan UU pemilu yang baru pula... katanyah...
Kejadian memuakkan itu tatkala MK mengabulkan uji materil UU Pemilu dimana semua partai harus ikuti tahapan proses pemilu yang dimandatkan kepada KPU.
Mengapa memuakkan.... karena ternyata rencana busuk mereka (baca Partai Parlemen) terkuak bahwa mereka ternyata sengaja membuat UU yang memuat regulasi yang sulit utk Partai Baru Hadir... Mereka hanya ingin melanggengkan kekuasaan Korupnya semata.

Dengan Putusan MK ini mereka merasa "cemas"... karena UU yang mereka buat ternyata berlaku untuk mereka sendiri. Inilah awal praktek rekayasa yang sengaja mereka ciptakan dengan menggunakan "boneka" mereka (baca KPU).

Mereka bersama KPU menggelar rapat-rapat "dagelan" dengan mengindikasikan pendekatan kekuasaan mereka (DPR) untuk menggunakan KPU sebagai alat untuk melanggengkan "kekuasaan" mereka.

Kita semua tahu ketua komisis II yang membidani UU KPU dan UU Pemilu adalah sdr Arif Wibowo (PDIP) bersama-sama kolega yang lain yang dengan semangat menggebu utk "menutup" celah kebenaran hadir. Mereka menggunakan "kebenaran" menurut versi mereka dengan menghadirkan UU KPU dan UU Pemilu tersebut.

Usaha memuakkan mereka berlanjut, dengan menggunakan KPU mereka hanya meloloskan partai mereka dan partai2 yang mereka anggap mudah untuk digagalkan pada fase berikutnya, namun apa yang mereka rencanakan semuanya sirna, mengapa ? lagi-lagi bahwa kebenaran hakiki akan selalu hadir disaat yang tepat.

Namun lagi-lagi keteledoran mereka semakin jelas terpampang, namun karena mereka (DPR dan KPU) memiliki "rai gedhek" mereka dengan santainya tak menggubris hujatan bahkan makian seluruh rakyat Indonesia, manakala usaha "licik" mereka tergambar dengan jelas. Mereka dengan seenaknya menyalahkan staf keskretariatan dan sekjen KPU yang mereka anggap lalai.

Dan kini usaha mereka sekali lagi jelas-jelas terlihat "kebusukan" itu. Mereka dengan sengaja menancapkan pedang kebathilan dengan agenda menyesatkan dan hanya meloloskan partai mereka sendiri dan 1 partai baru rasa lama sebagai kompensasi demokrasi ala mereka.

Sungguh 'malang" negeri ini, rupanya mereka sedang mabuk kekuasaan, dan mereka merasa paling berhak mengatur DEMOKRASI ala mereka sendiri. Rakyat mereka anggap "budak' yang tak perlu ikut urun rembug menjalankan negara ini. Mereka menganggap merekalah sang Kuasa Pengatur paling berhak. Innalillahi wainaillaihi roji'un....... RIP For Indonesia Democracy.....

Kita dihalangai oleh benteng "ketidakadilan" oleh mereka yang Dzhalim......

Semoga negeri ini tetap dilindungi Sang Maha Kuasa atas Ruang dan Waktu...... Tuhan Semesta Alam....

Insya Allah..... Gusti mboten sare.....

Tetap berjuang wahai SRI-ers dan SMI-Kers..... You are the TRUTH.....!

Salam Integritas.


Kamis, 03 Januari 2013

The Rising Star

"Look up The Sky, they smile to you, that the Star has been Coming For a good meaning into Indonesia Unite."

Mengawali tahun yang diprediksi akan penuh intrik taktik, licik, politik menjelang 2104 ini, terbersit khabar bahwa lebih dari 500 DPC Partai SRI seluruh Indonesia Lolos seleksi verifikasi Faktual KPUD masing-masing daerah.

2013 adalah tahun awal kebangkitan Indonesia Baru menuju proses politik yang demokratis, dimana kini hadir Partai Bersih, Partai orang biasa yang mempunyai cita-cita luar biasa, yaitu membuat Indonesia apadanya tanpa korupsi dan kegiatan yang dibenci Tuhan lainnya.

2013 merupakan media khabar bagi Partai SRI yang kemungkinan besar akan berlaga untuk pertama kalinya menjadi peserta PEMILU Tahun 2014 mendatang.

Keyakinan Partai SRI untuk lolos adalah karena keberhasilan manajemen, networking dan usaha kerja keras semua pihak yang terlibat didalam perkembangan terakhir Partai SRI dalam menghadapi kerasnya medan pertempuran PEMILU di Indonesia.

Di Awal Partai SRI hampir saja tidak diloloskan oleh para mafia Senayan yang bekerja sama dengan KPU Pusat. Namun kebenaran Tuhan tak mungkin dihilangkan oleh keserakahan manusia bejat. Karena Tuhan sayang kepada orang-orang yang berada di Partai SRI yang dengan gigih dan tulus bekerja untuk Indonesia lebih baik.

Tak dipungkiri sosok tegas, cerdas dan mampu sebagaimana performa SRI MULYANI INDRAWATI sebagai mentor perjuangan idealisme Partai. Dia adalah sosok wanita tangguh, pekerja keras, bukan bagian dari kelompok mafia manapun. Dia bukan 'broker" Aamerika, Eropa atau negara donor lainnya. Dia adalah wanita super hebat, super kuat. Punya Idealis membangun bangsa ini dengan baik.

SRI adalah dewa padi yang senantiasa merupakan intisari makanan masyarakat Indonesia pada umumnya, dimana SRI merupakan jantung dan derap langkah kehidupan manusia Indonesia ke arah yang lebih baik. sehingga Logo Sapulidi menghadap keatas sungguh punya nilai filosofis yang tinggi, dan ternyata itu sumbangan gratis dari pembuat brand terkemuka berskala internasional.

Partai SRI kini siap dengan segala resiko yang akan hadir, namun saya yakin dengan personil yang ada di Dewan Pimpinan Pusat mereka sudah lakukan research dan kajian ilmiah dan sudah membuat platform bagus untuk membuat system perekrutan kader dan cakeg yang berkualitas.

Untuk itu selamat datang wahai Dewi..... SRI adalah Ratu Adil yang sebenarnya.... Congrats..!!!!
Salam Integritas....!