Laman

Rabu, 07 Mei 2014

SIAPA PRESIDEN KITA... SIAPKAH....?

By : @rendranila << akun resmi Twitter saya...sila follow bro..

Indonesia segera akan menyelenggarakan Pemilihan Presiden untuk masa bhakti 2014 s/d 2019 mendatang. Bagaimanapun ini hajat/pesta besar bagi negara kita, dimana kita akan berpartisipasi memilih pemimpin Indonesia untuk membawa kesejahteraan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Kalimat Normatif diatas saya tulis untuk membuka prolog tulisan saya kali ini, saya hanya ingin bertutur kata lewat tulisan di halaman blog ini, manakala saya sedang alami gangguan harapan yang menurut saya sudah akut sih. Namun daripada saya menjadi manusia "galau", lebih baik menurut saya, saya tuangkan dalam tulisan yang menurut saya bisa mewakili kegelisahan yang sama.

Munculnya Calon Presiden.
   Seperti yang sudah diberitakan oleh bermacam media baik lokal , Nasional, Internasional, dan berita online dan situs-situs web lainnya, bahwa hasil pileg 2014 ini secara Quick Count menempatkan Parpol antara lain PDIP diurutan pertama , GOLKAR diurutan kedua dan Gerindra diurutan kettiga. Ketiga Partai ini disinyalir akan menempati 3 urutan teratas dalam perolehan suara Pemilu Legislatif. Namun catatan perolehan kursi tak serta merta sesuai seperti diatas, yang pasti ketiga parpol tersebut sudah diprediksikan akan mencalonkan pasangan Capres dan Cawapresnya masing-masing. 
   Namun menurut aturan UU Pemilu bahwa ada ambang batas President Treshold (PT) yaitu 20% suara Nasional, dengan demikian ketiga Partai tersebut ternyata hanya meraih masing2 menurut Quick Count : PDIP ( 19%), Golkar (14%), dan Gerindra (11%), inilah yang mengharuskan ketiga partai politik itu melakukan Koalisi dgn partai pemuli lainnya guna memenuhi PT tersebut.
   Aksi koalisi ini menimbulkan sedikit wacana, aksi, dan ekses yang beragam, banyak sekali kejadian-kejadian menarik dimana 3 Partai yang memperoleh suara terbanyak menurut Quick Count itu berebut mencari partner dalam membentuk satu koalisi guna memperoleh syarat PT.
   PDIP yang menjagokan Jokowi Widodo (Gubernur Aktif DKI) sebagai calon Presiden RI, Aburidzal Bakrie dari Golkar dan Prabowo Subianto mantan Dan Jen Kopassus era Soeharto ditasbihkan menjadi bakal calon Presiden di Pilpres 2014 ini.

Gerakan Kolaisi dan cerita menarik nya.
   PDIP begitu melihat hasil pileg ini memang agak diluar dugaan, karena menurut beberapa sumber dan para surveyor (entah survey bayaran saya tak tahu) Jagoan nya PDIP yaitu Joko Widodo diramalkan bakal menjadi magnet suara di pileg ini. Angka yang ditaksir sangat Fantastis yaitu bakal meraih 30% suara Nasional.(Busyet dah..). Angka ini pun langsung jadi bahan cemoohan dan gunjingan begitu tahu hasil pileg yang tak mencapai 20% suara Nasional. Banyak pihak yang akhirnya menganalisa bahwa Jokowi Effect tak begitu berhasil seperti apa yang digambarkan oleh para surveyor tersebut.
   Yang menarik adalah GOLKAR, seperti kita tahu kasus unggahan video di Youtube yang banyak berdear kala itu dengan judul "Berlibur Ke Maldives" begitu menghantam ARB dan Golkar, ternyata raihan suara Golkar bisa dibilang stabil bahkan cenderung ada progress, yang ternyata dalam kampanyenya Golkar menjual jargon " Lebih enak zaman mana..? Zaman Orde Baru Toh..?" dengan latar belakang gambar Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Nasional. 
   Yang paling mengejutkan adalah Partai besutan Prabowo Subianto yaitu Partai Gerindra, mereka berhasil mengejutkan semua pihak, baik di daerah maupun secara nasional. Di daerah suara Partai Gerindra cukup signifikan, dimana para tokoh lokal rela membiayai "cost" politiknya begitu besar sehingga ada dugaan kejadian politik uang disana. yang pasti suara Gerindra di daerah begitu signifikan cukup menjanjikan.
   Dari hasil diatas menarik melihat langkah mencari kawan koalisi guna menempatkan Capres dan Cawapresnya masing-masing, dimulai dari PDIP dengan agenda Koalisi Ramping, PDIP berniat tak membentuk koalisi ramai-ramai, mengingat kejadian pemerintahan SBY yang dinilai terlalu gemuk. PDIP dan Jokowi menawarkan hal itu pada Partai Nasdem, dimana Partai Boss Media Group ini meraih 6% suara nasional, raihan suara yang cukup mengejutkan bagi partai pendatang baru, bisa dikatakan partai pendatang baru terbaik, karena raihan suaranya melebihi partainya bang Yos ( Jend, Pur, Sutiyoso mantan Gub DKI) dan Partai Bulan Binta (PBB) Partainya pakar Hukum Tatanegara kenamaan Indonesia yaitu Prof, DR. H.Yusril Ihza Mahendra, SH, MH.
   Partai Nasdem akhirnya sepakat berkoalisi dengan Partai PDIP dalam pertarungan pada Pilpres mendatang.Partai Golkar justru diterpa isu Mukernas untuk merevisi pencalonan Ical, hal ini sempat dikemukakan oleh Akbar Tandjung, sesepuh Golkar mantan Ketua Umum Golkar era Reformasi dulu. Pencalonan Ical dinilai negative karena raihan suara dan elektabilitas ARB yang jauh di bawah Jokowi dan PDIP, bahkan jauh dibawah Megawati Soekarno Putri menurut sumber salah satu survey di Indonesia.
   Pencalonan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra disebut-sebut sebagai pesaing terberat Jokowi dari PDIP, pasalnya Prabowo dinilai tegas dan bisa merepresentasikan pemimpin masa depan Indonesia, namun lagi-lagi isu Pelanggaran HAM berat tentang hilangnya aktivis 98 Widji Thukul cs yang hingga kini tak tahu nasib dan rimbanya, nampaknya bakal menjegal langkah Prabowo menuju kursi Presiden RI yang ia damba-dambakan. Bagaimana tidak, sempat beredar naskah perjanjian Batu Tulis tahun 2009, ketika beliau berpasangan dengan Megawati Soekarno Putri maju sebagai Capres dan Cawapres di Pilpre 2009 lalu, dinaskah yang beredar tersebut disebutkan bahwa Megawati dan PDIP akan mendukung sepenuhnya Prabowo Subianto sebagai Capres RI tahun 2014 ini. Ini kemudian menjadi ganjalan langkah Prabowo, dimana menurut rumor Prabowo sempat kecewa dengan PDIP, mengapa Megawati menuliskan mandat di secarik kertas yang menunjuk Joko Widodo sebagai Capres PDIP bukan mendukung dan mendeklarasikan dia sebagai Capres di 2014 ini. 
    Hal ini sempat menjadi isu hangat yang mengesankan kedua kubu sedang mempertanyakan konsistensi ucapan dan tindakan sebagai seorang pemimpin. Bahkan Pentolan Gerindra , Bung Fadli Zon sempat menulis puisi yang temanya menyindir pencalonan Joko Widodo dan pengkhianatan perjanjian dalam naskah Batu Tulis tersebut. Cukup seru topik ini dikisaran media sosial bahkan sengaja ditampilkan di media Televisi Nasional seolah konflik ini memang meruncing. 
     Gerakan Koalisi selanjutnya adalah pecahnya konflik terbuka didalam tubuh PPP yang mana Surya Dharma Ali (SDA) mengklaim secara sepihak membuat move untuk mendukung Prabowo Subianto, bahkan digelar secara resmi dihadapan media bentuk dukungan resminya. Tak pelak lagi hal ini menimbulkan keresahan dan konflik terbuka yang berujung pemecatan kedua kubu, yaitu kubu SDA cs dan kubu Rohamurmuzy Sekjend PPP, golongan muda agresive di PPP. Tetapi ending Ishlah disebut-sebut sebagai langkah bijak dalam menengahi konflik tajam di PPP tersebut.
      Gerakan Koalisi yang dilakukan PDIP, Golkar dan Gerindra nampaknya masih terus akan mengalami degradasi dan variasi masalah, dimana para endorsement mereka memiliki agenda tersendiri yang masing-masing parpol tersebut menyembunyikan agenda resminya.

Munculnya Kekuatan Diam SBY dan rencana Kekuatan Poros Demokrat.

   SBY dan diam emasnya Demokrat dari hiruk pikuk Koalisi dan bermacam intrik politik didalamnya mengundang sejumlah analisis, termasuk saya tentunya. Saya memang sangat mengapresiasi langkah kepemimpinan beliau, dimana Indonesia terus menunjukkan grafik yang meningkat semenjak Tahun 2004, khususnya di bidang ekonomi. Banyak Prestasi yang perlu kita apresiasi, bahwa SBY berhasil loloskan Negara Republik Indonesia dari jurang kehancuran ekonomi akibat krisis moneter di zaman Orde Baru silam. Sri Mulyani Indrawati yang ditunjuk SBY sebagai Menteri Keuangan berhasil menata system keuangan negara dan ekonomi mikro dan makro bersama Prof Boediono dan Tim Ekonomi Nasional.
    Demokrat dan SBY sepakat berdiam diri sekaligus menata langkah gerakan kekuatan koalisi Poros Demokrat dan tetap melaksanakan kegiatan Konvensi Partai Demokrat adalah pilihan terakhir SBY, menurut penuturan di halaman Youtube resmsi partai Demokrat, SBY berujar bahwa Demokrat harus realistis dan tetap mengusahakan yang terbaik untuk bangsa dan negara, dimana Demokrat akan ikut bertarung di Pilpres nanti dengan menawarkan pilihan alternative pemimpin masa depan Indonesia 5 tahunn ke depan.
    Rencana kekuatan Poros Demokrat ini disinyalir terdiri dari Partai Demokrat, PAN, dan Hanura dimana kemungkinan pula PPP dan PKB ikut bergabung bahkan PKS disebut-sebut pula tertarik tawaran SBY ini. Hal ini merupakan strategi jitu SBY dalam mempersiapkan diri ikut serta dalam Pilpres 2014 mendatang. Tokoh-tokoh peserta konvensi disebut-sebut bakal dimunculkan oleh SBY pada pertarungan itu.
   Yang menarik SBY menyebutkan jika elektabilitas peserta konvensi PD itu rendah tidak menutup kemungkinan ada tokoh diliuar Konvensi bakal di endorse oleh poros Demokrat ini. Bahkan SMI (Sri Mulyani Indrawati) di isu kan bakal dimunculkan oleh SBY, entah sebagai Capres atau Cawapres guna mendampingi ketiga Capres yang sudah ada dipasaran itu.
    Kini kita menunggu, apa yang sedang dipersiapkan SBY untuk Indonesia, dimana hasil kerja SBY yang sudah mulai mapan dan nampak hasilnya ini, walopun di sektor penegakan HAM dan anti diskriminasi masih perlu kita evaluasi lebih dalam.

PRESIDEN INDONESIA SIAPKAH..? 
   Di akhir tulisan ini saya ingin menyampaikan pesan untuk kita semua, bahwa kemandirian bangsa, stabilitas ekonomi dan politik adalah syarat mutlak bagi Indonesia ke depan, dimana hasil yang sudah dicapai pemerintahan SBY selama 10 tahun yang baik kita lanjutkan yang kurang kita tambahkan dengan modal etos kerja yang tinggi yang sesungguhnya untuk kepentingan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia yang ternyata masih ada yang jelata, miskin papa.
   Semoga para calon Presiden itu sadar bahwa kekuasaan yang sesungguhnya adalah ada ditangan rakyat, maka sejahterakanlah rakyat dan hindari korupsi.
    Oke Guys..... semoga kita mendapatkan pemimpin yang jauh lebih baik dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan Soesilo Bambang Yudhoyono. Amiiieen.....
     Presiden Indonesia Siapkah...? Bukan Siapakah......