Laman

Senin, 16 April 2012

Bola Indonesia dibuat "Mati"

       Ketika PSSI legal yang dipimpin Johar melakukan serangkaian aksi pertama dan aksi "bersih" diri dari segerombolan tikus bola, dan para mafioso menimbulkan kegaduhan tersendiri.
Awalnya semua pihakpun tak menyangka aksi "kebersihan" ini yang dinilai sebagai langkah Revolusi sebenarnya ini menuai badai "dendam" kesumat.
     Dendam kesumat ini dimulai ketika PSSI Reform ini melakukan pertemuan guna mengadakan Kompetisi yang berkabel "Profesional" secara utuh, dimana Klub harus mandiri dan tak tergantung dari pendanaan subsidi Pemerintah Daerah yang dikenal dengan "sumbangan dana APBD" untuk sepakbola Indonesia. 
     Awal ide menggunakan APBD sebagai bentuk apresiasi dan dukungan untuk mendongkrak Sepakbola Nasional berupa suntikan dana dari Klub yang dinaungi Pemerintah Daerah setempat. Namun celakanya, APBD menjadi sarang korupsi tersembunyi bagi para pengurus Klub, Pengda PSSI, dan oknum dari Pemerintah juga Dewan. Nah banyak yang timbulkan masalah dari "keserakahan" penggunaan APBD yang notabene sulit utk di SPJ kan atau dipertanggungjawabkan secara legal hukum mengenai penggunaan uang rakyat melalui APBD.
     Awal kepemimpinan Johar Arifin adalah utk menjadikan Klub di Indonesia benar-benar Profesional, baik dari segi pendanaan, pengelolaan klub, kepemilikan, sehingga mudah untuk di audit dan di"publish" ke masyarakat.
    Dunia Sepakbola sudah menjadi Industri dan Klub Profesional adalah jawaban dan bentuk untuk menuju kepada era "Soccer Industries". Segala sesuatunya harus mandiri disiplin untuk ciptakan sejarah baru geliat sepakbola ditanah air.
   Sayang ditengah penyusunan format kompetisi Profesional yang mengharuskan Klub Profesional dicederai oleh ego "penghasutan tentang Statuta PSSI dan FIFA'' yang beralasan bahwa jumlah klub harus tetap 18 bukan 24 klub sebagaimana keputusan PSSI. Protes ini di awaki oleh anggota Exco yaitu La Nyalla Mataliti (LNM).
    " Ketika PSSI bersikeras penambahan itu dikarenakan ke-6 Klub yang masuk adalah Klub yang lolos verifikasi berdasarkan aturan AFC dan FIFA bukan aturan PSSI ataupun IPL (Indonesian Premiere Leuage)" kata Johar Arifin Ketua Umum PSSI sekali waktu memberi penjelasan di acara Mata Najwa Rabu 11 April 2012.
      La Nyalla tetap bersikeras 6 klub itu harus masuk dan merangkak dari bawah untuk menaiki tangga kasta tertinggi di kompetisi, sebagai mana klub-klub didunia lainnya. Alasan ini akhirnya sontak menimbulkan kegaduhan sangat diantara klub-klub di PSSI. Kesempatan "kegaduhan" ini dimanfaatkan oleh Djoko Driyono selaku direktur Liga Indonesia peride Nurdin Halid. Djoko kembali menghiduokan ISL yang notabene tak dapat pengakuan dari ISL.
     Sontak klub-klub akhirnya terbagi dualisme dalam memandang sebuah aturan kompetisi. ISL berhasil gaet klub-knlub yang sudah biasa main dikompetisi yang selama Nurdin berkuasa tak menghasilkan sebuah klub bermental Juara. Sriwijaya FC, Arema, Persib, Peripura, semua "menangis" diajang antar klub di ASIA. (Asian Champions Leuage ).
     Sekedar mengingatkan semua "bandito" di era lama digusur habis agar tak menimbulkan dampak buruk yang lalu menimpa PSSI Reform, termasuk PT Liga Indonesia yang memiliki otoritas tentang Kompetisi tertinggi.
    Aksi La Nyalla Mataliti akhirnya mencapai Klimaks dengan membentuk "KPSI' (Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia) dengan agenda yang provokatif, mencalonkan Dahlan Iskan menteri BUMN sang menteri Nyentrik ketika memimpin BUMN PLN, namun "paksaan usungan' dari KPSI agar DI mau dicalonkan menjadi Ketua Umum PSSI versi KPSI. Namun paksaan dan rayuan KPSI ditolak Dahlan Iskan, "Saya tak tertarik pimpin Sepakbola Indonesia".
    Penolakan Dahlan dan pernyataan tegasnya membuat "sakit hati" para komisioner KPSI. Aksi mereka selanjutnya yaitu mendatangi KONI agar menegur PSSI dan membubarkannya. KONI awalnya akan mempertimbangkan usulan dari KPSI ini dengan memediasi pertemuan KPSI dan PSSI, namun mengalami deadlock, karena PSSI menganggap Pemerintah dalam Aturan Statuta FIFA dilarang "mengintervensi" konflik Internal PSSI, dan PSSI menilai konflik ini bukan permasalahan yang sangat berat. Buktinya hanya dengan waktu beberpa Bulan PSSI U-23 berhasil hasilkan Perak, bandingkan dgn versi PSSI Korup yang lalu. Mereka harus bertahun-tahun utk berprestasi dikancah Internasional.
     Gagal mengelabui KONI dan Pemerintah mereka akhirnya melaksanakan "Kongres Main-Main" di Ancol, yang menghasilkan Pengurus PSSI Abal-Abal yang diketuai oleh La Nyalla Mataliti, dan Toni Aprilani sebagai sekjen nya.
     Tak puas dengan itu semua mereka membentuk Timnas Tandingan dengan memanggil Pelatih eks Timnas yaitu Alfred Riedl. Yang ternyata hanya akan membuat timnas selama 2 bulan berdasarkan Ontrak yang ditandatangani bersama PSSI-KPSI. Aneh bin ajaib...." Kita buat dan bentuk saja dulu Timnas nya dengan bantuan Alfred Riedl sebagai pelatih kepala,...nah untuk lawan tanding nanti saja dulu.." begitu kata Toni Aprilani sewaktu ditanya oleh Najwa Shihab pada kesempatan hadir di acara Mata Najwa Rabu 11 April 2012 pukul 21.30 WIBB. Ini pernyataan serius atau main-main...masa Timnas kita buat tanpa tahu mau tanding melawan siapa dan di kesempatan apa...Sungguh Lucunya sikap Unsmart dari para pengurus PSSI-KPSI.
     Aksi Provokasi mereka hanya aksi koboi tak berisi cuma numpang gengsi yang basi tanpa peduli pada PSSI itu sendiri.
     Ayo Tolak kehadiran PSSI-KPSI bersama timnas abal-abal...!
     Viva La PSSI.... Tetap Semangat bagi Johar Arifin dkk, sempurnakan ibadah kalian melalui Sepakbola Indonesia yang bersih. Fair Play...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar