Laman

Jumat, 05 Oktober 2018

Menulis Lagi

Refleksi Diri Dalam Perhelatan Hidup
(sebuah catatan menulis tentang diri sendiri)

by : @rendranila 

     Menulis adalah kegiatan produktif pada setiap insan manusia. Karena dalam Kitab Suci Umat Islam tertuang sebuah Kata penuh makna yaitu "IQRO" artinya MEMBACA. Lantas apa hubungannya dengan menulis.?. Ada banyak pihak yang mengesampingkan menulis ketika memaknai membaca. Bagi saya membaca adalah sisi mata uang yang saling melengkapi ketika kita mampu menulis pertama kali, sehingga menjadi sempurna pada diri setiap manusia yang akhirnya menjadi pelaku peradaban di dunia.

      Apa yang kini kau pikirkan ? begitu kolom facebook memberi tanda ketika kita akan memulai menulis sesuatu di laman facebook kita. Applikasi interaksi social didunia maya yang diciptakan Zuckenberg menjadi revolusi interaksi masyarakat digital dalam rangka memenuhi ruang interaksi tanpa batas didunia internet.

       Manusia abad 21 menuju abad 22 mempunyai ruang interaksi social di luar duni nyata sehari-hari yang biasa bertatap muka, kini manusia mampu berinteraksi setiap saat tanpa tatap muka. Perubahan paradigma berinteraksi merupakan revolusi peradaban manusia kekinian. Maka hidup manusia menjadi baru, di mana tubuh manusia tak mesti berhadapan secara nyata, namun secara maya (ruang internet tanpa batas).

       Era membaca dan menulis kini tak lagi diatas media kertas, namun di media digital sebuah layar monitor dengan bahasa pemrogaman alogaritma tertentu mampu menampilkan visual huruf-huruf dan tanda baca secara elektronik. Di mana manusia mampu mengaktualisasikan dirinya sedemikian rupa ke layar digital melalui berbagai media seperti, facebook, instagram atau pun twitter. Semua kalangan baik selebritis, politisi, akademisi, pegawai, pelajar, mahasiswa, karyawan, buruh dan sebagainya mampu menjadi pelaku ruang social media di era digital dengan menulis dan membaca dalam media digital yang penuh gerakan inovasi yang sangat cepat.

     Kini ada yang dinamakan era Artifical Intellegence (kecerdasan buatan) yang mampu mengantikan peran manusia dalam berbagai hal. Bahkan ada istilah dan theory Internet Of Things (IOT). Karena dimensi manusia bukan lagi 2 dimensi namun lebih dari 3D bahkan 7D dimana internet mampu mengaktualkan kehidupan umat manusia secara otomatis setara manusia itu sendiri.

       Manusia menjadi creator bagi kebutuhan dirinya sendiri dengan pengembangan digital sedemikian rupa sehingga manusia mampu mengkloning dirinya menjadi sesuatu yang baru namun persis seperti dirinya secara fisik. 

           Alert dan Notifikasi  secara otomatis akan menjadi penanda bagi peradaban manusia yang serba digital. Saya yang mengikuti socmed sejak 2009 sampai 9 tahun kemudian pun merasakan perubahan dahsyat, bahkan jejak digital mudah ditemukan bagaimana perubahan mindset dan perilaku mampu dideteksi secara digital. Maka saya serasa kecil dan tak mampu menjangkau  luasnya semesta alam ini. Internet mulai menjangkau itu sehingga peradaban kita begitu cepat berubah, secepat kecepatan cahaya yang mampu mengukur berjuta tahun kebelakang bahkan manusia ingin mengukur jarak dan keberadaan Tuhan Semesta Alam.

          Saya merasakan evolusi pikir yang begitu cepat, sehingga kadang membuat saya terpeleset ke hal-hal buruk dalam menandai fenomena digital dalam social media. Memang tidak hanya sisi buruk efek socmed pada diri, namun kita pun dapat memilih dan memetik hal positif dalam hidup di era serba DIGITAL. 

          Kita memang tak sadar terbentuk pada 2 hal, pada hal baik, kreatif, dan inovatif atau pada hal provokatif dan propaganda semata..? Cara socmed mengubah dunia dan umat manusia dalam era digital seakan menandakan virus dunia nyata akan menjelma dan mematikan ada pada virus dunia maya. Maka sifat buruk manusia akan dengan sendirinya terkuak bahkan menjadi mesin perusak peradaban. Ekses negatif internat sama besarnya dari sisi positifnya.

         Semoga Hiduo kita mampu sebagai conductor buka semata-mata hanya menjadi follower semata. Akhirnya buzzer tak mampu mengedukasi dirinya dan orang lain, karena hanya memperhatikan UANG semata. Maka Refleksi Diri kali ini aalah wajib mampu lakukan hal yang bearadab sehingga generasi kekinian makin tangguh dan selalu mengedepankan data sebagai fakta apapun permasalahannya.

        Mengkaji diri memang memerlukan teknik ikhlas, karena kita belum pernah mampu mengaktualkan diri menjadi sebuah kebijakan yang prioritas bukan terperosok keji dalam kemungkaran yang akhirnya kita menjadi point of enemy. Akhirnya memang tak ada gunanya sama sekali.

            Diri ini butuh konsistensi dan konsekuensi dalam menata hidup, sehingga diri ini menjadi paripurna dan membawa manfaat bagi manusia, jangan menjadi sampah masyarakat. Jangan jauhi point of view yang bakal menghasilkan hal positif , ciptakan dan tebar aura positif demi memperbaiki diri.

Wallahualam Bi sawab.....

     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar